Ibunya Cuma Seorang Pemecah Batu, Anak Ini Dihina dan Dipukuli Temannya Hingga Ingin Berhenti Sekolah. Tapi “1 Kalimat Sang Ibu” Bikin Ia Sadar!
Bagi orangtua anak adalah harta yang paling berharga dalam kehidupan mereka. Tak jarang banyak orangtua yang rela melakukan apapun asal sang anak bahagia. Namun tentunya untuk mewujudkan keinginan anak bukan perkara mudah, ada beberapa hal yang memerlukan pengeluaran dan biaya. Iya, saat memiliki anak maka bertambah pula tanggung jawab dan beban sebagai orangtua. Namun kadang kala perjuangan orangtua tersebut tidak dimengerti anak. Kadang pula anak berpikir ‘kenapa orangtua A punya ini, bisa itu tapi orangtuaku tidak?’. Seperti sebuah video satu ini yang memberikan motivasi baik untuk anak dan semua orangtua tentang arti kehidupan dan kasih sayang seorang ibu. Yuk simak di bawah ini:
Sponsored Ad
“AKU BENCI IBU! Kalimat itu yang pernah ku katakan saat kecil pada ibu dan hingga saat ini masih terus ku ingat. Saat aku sekolah dasar, setiap hari ibu mengantar jemput dengan sepeda kumbangnya, tak lupa di bagian depan duduk adik perempuanku yang masih sangat kecil. ‘Sudah sampai, belajar yang rajin ya nak’ adalah sebuah kalimat yang selalu ibu ucapkan padaku.
Ibuku bekerja menjadi seorang pemecah batu di tempat tambang, ia bekerja sendiri tanpa ayah. Ibu juga selalu bawa adikku itu ke tempat kerja. Iya merepotkan mungkin saat adikku nangis dan ibu terpaksa menenangkannya sebelum melanjutkan pekerjaannya lagi. Setiap hari ibu bekerja disana tapi aku rasa ibu tak pernah punya uang. Bahkan ia tak pernah memberiku uang jajan. Iya makanya di saat teman-temanku asik jajan, cuma aku sendiri yang tidak pernah beli apapun. Meskipun sebenarnya aku pingin banget jajan.
Sponsored Ad
Setiap jam 12.30 ibu bergegas untuk menjemputku pulang, aku selalu menunggu ibu duduk di bawah pohon ini. Sambil kulihat teman-teman makan es krim, dan kue. Ketika ada salah seorang anak yang membuang makanannya. Aku diam-diam menunggu hingga anak yang buang kue itu pergi dan lirik kiri kanan lalu aku mengambilnya. Iya mungkin bagi mereka bisa dengan mudah membuang makanan namun bagiku tidak, bahkan aku mengambil makanan yang jatuh itu.
Sponsored Ad
Namun ternyata hari itu, ada yang memperhatikan apa yang aku lakukan. Saat aku menggigit dan makan kue itu, mereka muncul dan mengatakan ‘dia akan memakannya! dia kelaparan, kamu tahu!’ mereka tertawa dan ‘ibunya adalah tukang pemecah batu di tambang, dia tidak mampu untuk membelinya hahaha!’. ‘ANAK BATU!!!’. Aku berdiri kuremas kue yang aku pungut tadi. Aku mencoba untuk sabar dan menahan amarahku, namun dia keterlaluan, ia mendorong ku hingga terjatuh, ia memukulku. Wajahku lebam, sesampainya di rumah aku duduk di depan rumah hingga ibu datang.
Sponsored Ad
Aku tidak menangis, aku hanya marah dan kesal. Kenapa? Ibu yang datang bertanya kenapa aku tak ada di sekolah. Ia pun bertanya kenapa dengan wajahku. Ibu pergi ke dalam rumah untuk mengambil obat dan saat ia mau mengobati. Aku pukul obat itu, ‘AKU BENCI IBU! AKU SANGAT BENCI IBU! Aku tidak pernah mau dilahirkan jadi anak ibu! Aku tidak mau pergi sekolah lagi!’ aku melempar tasku dan aku mengatakan bahwa aku akan cari uang dengan ibu. Ibuku hanya melihat dan mendengar dengan tatapan sedih, merasa bersalah, dan ia menangis namun ku tau air matanya tertahan.
Sponsored Ad
Keesokan harinya aku ikut ibu bekerja, tapi aku kaget ternyata hampir semua pekerja adalah seorang pria. Dan ternyata apa yang selama ini ibu lakukan sangat berat dan sulit. Upahnya juga sangat sedikit setelah seharian bekerja dengan sangat keras. Ibu menyuruhku untuk belajar sementara ia akan bekerja, karena jika aku malas maka hanya sedikit uang yang bisa aku hasilkan, namun jika aku serius belajar dan sekolah maka suatu saat nanti aku bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Iya hari itu aku sadar bahwa ibu sudah memaksimalkan semua tenaganya untuk mati-matian bekerja demi aku yang bisa bersekolah. Dan menjamin masa depanku yang bebas dari kemiskinan.
Sponsored Ad
Kini aku sudah dewasa, aku adalah pimpinan di salah satu perusahaan besar. Aku menjadi orang yang sibuk meskipun segala hal bisa ku beli. Bahkan aku tak punya waktu untuk sekedar makan bersama ibu. Hingga ibu yang sudah sakit tiba-tiba masuk rumah sakit. Saat aku sedang memantau di lapangan adikku menelepon keadaan ibu. Segera aku ke rumah sakit. Namun syukurlah ibu bisa tertolong. Aku sadar bahwa harta tak bisa membeli waktu, jadi ketika kita sudah sukses jangan pernah lupakan orangtua. Karena kita tak mungkin menjadi seperti hari ini tanpa orangtua.”
Sumber Video: Ford Cambodia